Sabtu, 12 Juni 2010
Sekelumit kisah saya ketika menjadi ‘siswa’….
Sekelumit kisah saya ketika menjadi ‘siswa’….
Ketika masih kecil dan ditanya tentang sebuah cita-cita, saya pasti cepat menjawab, “menjadi dokterrr…karena dokter banyak uangnya, kalau banyak uang kita kan bisa beli apa saja”, begitulah kata-kata yang selalu mengalir dari mulut seorang anak kecil yang tidak tahu apa arti sebuah cita-cita. Di dalam pikirannya yang sangat sederhana tidak pernah terpikirkan untuk menjadi seorang guru. Guru adalah seorang sosok yang terlalu sederhana untuk dijadikan cita-cita. Si anak kecil menganggap dirinya terlalu hebat untuk menjadi seorang guru.
Ketika beranjak remaja, ambisi saya pun menjadi semakin kuat untuk menjadi seorang dokter.setiap mata pelajaran khususnya eksakta (biologi, fisika, matematika) saya kuasai dengan baik, imbasnya saya selalu menjadi juara kelas ketika di SMP dan SMU. Menjadi juara kelas tidak menjadikan saya puas karena keinginan saya menjadi seorang dokter belum terpenuhi. Ketika di SMP dan SMU saya sangat menyukai pelajaran biologi, saya mulai jatuh cinta dengan pelajaran ini khususnya ketika menginjak kelas 2 SMP, saya sangat menyukai cara guru tersebut mengajar, sehingga saya menjadi sangat bersemangat ketika beliau mengajar.
Ketika di SMU pun saya sangat menyukai pelajaran biologi yang merupakan pintu gerbang untuk menjadi seorang dokter. Selain itu saya juga menyukai pelajaran fisika dan matematika, bahkan ketika di SMU saya selalu dijadikan rujukan apabila guru saya terbentur memecahkan persoalan-persoalan fisika dan matematika. Hal itu semakin tampak ketika saya mewakili sekolah mengikuti olimpiade fisika tingkat kabupaten, alhamdulillah saya mendapat juara ketiga, padahal waktu itu sekolah baru memberitahu 2 hari sebelum kompetisi sementara sekolah lain sudah diberitahu satu bulan sebelumya. Entahlah,, waktu itu tidak terpikirkan oleh saya untuk menjadi sepuluh besar apalagi juara.
Menjelang tamat SMU, saya kembali berpikir apakah saya bisa menjadi dokter sementara kondisi financial keluarga saya bisa dibilang pas-pasan. Kuliah dijurusan kedokteran butuh biaya yang tidak sedikit. Akhirnya saya mengubur impian saya dalam-dalam.
Ketika harus memilih jurusan, saya mengambil jurusan biologi dan teknik sipil. Alhamdulillah atas kuasa Allah saya lulus di biologi FMIPA. Saya belum mengerti apa maksud Allah menghendaki saya menelusuri ilmu yang masih sepupu dengan ilmu kedokteran ini. Waktu itu banyak sekali yang nyeletuk, “kenapa tidak sekalian ambil biologi yang pendidikan (FKIP) saja? Kan bagus bisa jadi guru”. Menjadi guru? Pikiran saya yang congkak meremehkan profesi yang sangat mulia ini.
Jurusan biologi mempunyai jadwal yang cukup padat, bahkan lebih padat dibandingkan jurusan FMIPA yang lain (kimia, fisika, apalagi matematika), pagi hingga siang teori, siang hingga sore praktikum, hal itu terus berlanjut hingga saya mengajukan proposal yang merupakan syarat pertama untuk menjadi seorang sarjana.
Menjelang lulus kuliah, terpikirlah oleh saya pekerjaan apa yang akan saya geluti nantinya sementara skill saya tidak banyak. Zaman ini adalah zaman kompetisi, yang keahliannya pas-pasan memiliki peluang yang lebih kecil untuk bersaing.
Ketika saya lihat profesi guru mulai diperhatikan pemerintah, saya mulai melirik profesi ini. Saya mengikuti program pendidikan AKTA IV selama satu tahun. Sebelum menyiapkan diri menjadi seorang guru, saya iseng mengikuti pelatihan-pelatihan di BPTK pekanbaru. Saya ambil bidang operator komputer dan setelah selesai sekitar dua bulan, saya menjadi semakin haus akan pelatihan. Berawal dari rasa penasaran dengan sistem kerja alat kecil yang mempunyai multifungsi yaitu handphone, saya berniat mengikuti bidang teknisi handphone. Waktu itu jurusan teknisi hp adalah jurusan yang pertama kali dibuka. Dari 75 peserta yang mendaftar jurusan Teknisi HP, hanya 16 orang yang diluluskan mengingat keterbatasan fasilitasnya. Alhamdulillah Allah menghendaki saya menjadi salah satu peserta yang lolos. Pelatihan ini saya ikuti sekitar 2 bulan.
Kenapa menjadi guru?
Perjalanan saya menjadi seorang guru terjadi karena kehendak Allah. Dari latar belakang pendidikan, tidak mewakili saya untuk bisa berkarir menjadi seorang guru. Hal yang mulai tertanam di pikiran saya adalah...manusia Allah ciptakan untuk menjadi guru. Tanpa berprofesi sebagai gurupun kita adalah ’guru’. Guru bagi diri kita sendiri, keluarga, masyarakat bahkan dunia. Menjadi guru tidaklah mudah. Kalau hanya sekedar mengajarkan ilmu yang kita miliki mungkin tidaklah terlalu sulit. Tapi semua tidak sesederhana itu. Mendidik juga melatih kesabaran dalam menghadapi karakteristik murid yang cukup beragam.
Walau awalnya menjadi guru tidak pernah terlintas menjadi sebuah cita-cita dari kecil. Tetapi kehendak Allah telah menuntun saya untuk mengambil peran mulia itu. Saya sadar, saya takkan pernah sempurna untuk menjadi guru, jadi saya harus terus belajar. Menjadi guru harusnya tidak sekedar cita-cita atau pekerjaa n...karena pada dasarnya...kita telah mengambil lebih banyak pelajaran...dari anak didik kita, saya banyak belajar dari anak didik saya, saya belajar menyelami hati-hati suci itu dengan bertahap....
Dan kini, setiap pagi saya bertemu tubuh-tubuh mungil, hati yang belum terkotori oleh noda, yang menyalamiku, menciumku, ”Ibu, ini kami putra putrimu yang senantiasa mengharap kasihmu, kelembutanmu, didiklah kami dengan penuh kasih sayang, kami takut kalau kau marah, jangan marah ya Ibu,...” begitulah suara batin mereka yang aku dengarkan melalui hati nuraniku...
Alhamdulillah...segala puji bagi Allah yang telah menempatkan saya di sebuah sekolah dasar unggulan, SD Sains Tahfizh Islamic Center yang berlokasi di tempat kelahiran nenek moyang saya, yakni Siak Sri Indrapura...Sebuah negeri istana yang sarat akan budaya melayu, disini saya mengajar sains, sesuai background pendidikan yang saya tempuh di perguruan tinggi. Allah memberikan amanat pada saya untuk mendidik...mempersembahkan yang terbaik untukNya..
Ya Allah...kuatkan aku dalam menempuh peran ini, jadikanlah aku menjadi hambaMu yang senantiasa menyebarkan manfaat untuk orang lain, iringilah setiap langkahku, agar aku tidak melukai hati-hati suci itu dengan kata-kata dan tindakan yang tidak patut dilakukan seorang pendidik....jadikan aku sandaran bagi mereka, dikala mereka sedih maupun senang, bahagiakan hari-hari mereka Rabb, karena aku sangat mencintai mereka semua,...Rabbku yang terkasih, jangan pernah meninggalkanku, karena setiap saat, di setiap pikiranku, hatiku, detak jantungku, nafasku, hanya ada pada Mu...aku hanya ingin bermesraan denganMu....
Sabtu, 19 Desember 2009
Langganan:
Postingan (Atom)